Teknik Perbanyakan Pala
Sebagai tumbuhan orisinil Indonesia, tumbuhan yang mempunyai nilai hemat tinggi ini mempunyai kecocokan dengan kondisi dan iklim di Indonesia. Untuk di kembangkan dalam skala budi daya agrobisnis dibutuhkan pemilihan bibit tumbuhan pala dengan kualitas yang baik sehingga diperoleh hasil panen dengan mutu yang tinggi pula. Oleh lantaran itu berikut ini akan dibahas beberapa metode dan cara pembibitan yang sanggup dilakukan dalam budi daya tumbuhan pala.
PERBANYAKAN CARA GENERATIF (BIJI)
Perbanyakan tumbuhan pala salah satunya dengan memakai perbanyakan generatif / perbanyakan dengan biji. Adapun tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dalam perbanyakan tumbuhan pala secara generatif ini yaitu sebagai berikut :
A. Pemilihan Biji
Perbanyakan dengan biji sanggup dilakukan dengan mengecambahkan biji. Dalam hal ini biji yang digunakan sebagai bibit sanggup berasal dari:
1. Biji sapuan: biji yang dikumpulkan begitu saja tanpa diketahui secara terperinci dan niscaya mengenai pohon induknya.
2. Biji terpilih: biji yang asalnya atau pohon induknya diketahui dengan jelas. Untuk jenis biji terpilih ini sanggup dibagi lagi menjadi :
- biji legitiem, yaitu biji yang diketahui dengan terperinci pohon induknya (asal putiknya terperinci diketahui)
- biji illegitiem, yaitu biji yang berasal dari tumpang sari tidak diketahui, tetapi asal putiknya terperinci diketahui
- biji Propellegitiem, yaitu biji yang terjadi hasil persilangan dalam satu kebun yang terdiri dua klon atau lebih.
Biji-biji yang akan digunakan sebagai benih harus berasal dari buah pala yang benar-benar masak. Buah pala bijinya akan digunakan sebagai benih hendaknya berasal dari pohon pala yang mempunyai sifat-sifat:
(1) pohon cukup umur yang tumbuhnya sehat;
(2) bisa berproduksi tinggi dan kualitasnya baik.
Sebagai perhiasan isu menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor: KB. 010/42/SK/ DJ. BUN/9/1984, telah ditetapkan dan dipilih pohon induk yang sanggup dipergunakan sebagai sumber benih yang tersebar di 4 propinsi, yaitu: Sumatera Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Biji-biji dari pohon induk terpilih yang akan digunakan sebagai benih harus diseleksi, yaitu dipilih biji-biji yang ukurannya besar dengan bobot minimum 50 gram/biji, berbentuk agak bundar dan simetris, kulit biji berwarna cokelat kehitam-hitaman dan mengkilat, tidak terjangkit oleh hama dan penyakit.
Buah pala yang dipetik dari pohon dan akan dijadikan benih harus segera diambil bijinya, paling lambat dalam waktu 24 jam biji-biji tersebut harus sudah disemaikan. Hal ini disebabkan oleh sifat biji pala yang daya berkecambahnya sanggup cepat menurun.
B. Penyemaian
Untuk melaksanakan penyemaian bibit pala ini perlu dilakukan beberapa persyaratan dan persiapan, yakni :
- Tanah daerah penyemaian harus bersahabat sumber air untuk lebih memudahkan melaksanakan penyiraman persemaian. Tanah yang akan digunakan untuk penyemaian harus dipilih tanah yang subur dan gembur. Tanah diolah dengan cangkul dengan kedalaman olakan sekitar 20 cm dan dibentuk bedengan dengan ukuran lebar sekitar 1,5 cm dan panjangnya 5-10 cm, tergantung biji pala yang akan disemaikan. Bedengan dibentuk membujur Utara-Selatan. Kemudian tanah yang sudah diolah tersebut dicampuri dengan pupuk sangkar yang sudah jadi (sudah tidak mengalami fermentasi) secara merata secukupnya supaya tanah bedengan tersebut menjadi gembur. Sekeliling bedengan dibuka selokan kecil yang berfungsi sebagai susukan drainase.
- Bedengan diberi peneduh dari anyaman daun kelapa/jerami dengan ukuran tinggi sebelah Timur 2 m dan sebelah Barat 1 m. maksud kontribusi peneduh ini yaitu semoga pesemaian hanya terkena sinar matahari pada pagi hingga menjelang siang hari dan pada siang hari yang panas terik itu persemaian itu terlindungi oleh peneduh.
- Tanah bedengan disiram air bertahap sehingga kebasahannya merata dan tidak hingga terjadi genangan air pada bedengan. Kemudian biji-biji pala disemaikan dengan membenamkan biji pala hingga sedalam sekiat 1 cm di bawah permukaan tanah bedengan. Jarak persemaian antar-biji yaitu 15X15 cm. Posisi dalam membenamkan biji/benih harus rapat, yakni garis putih pada kulit biji terletak di bawah. Pemeliharaan pesemaian terutama yaitu menjaga tanah bedengan tetap dalam keadaan berair (disiram dengan air) dan menjaga semoga tanah bedengan tetap higienis dari gulma).
- Setelah biji berkecambah yaitu sudah tumbuh bakal batangnya. Maka bibit
pada persemaian tersebut sanggup dipindahkan ke kantong polybag yang berisi media tumbuh berupa tanah gembur yang subur dicampur dengan pupuk kandang. Pemindahan bibit dari persemaian ke kantong polybag harus dilakukan secara hati-hati semoga perakarannya tidak rusak. - Polybag yang sudah berisi bibit tumbuhan harus diletakkan pada daerah yang terlindung dari sinar matahari/diletakkan berderet-deret dan di atasnya diberi atap pelindung berupa anyaman daun kelapa/jerami.
- Pemeliharaan dalam polybag terutama yaitu menjaga semoga media tumbuhnya tetap higienis dari gulma dan menjaga media tumbuh dalam keadaan tetap berair namun tidak tergantung air. Agar tidak tergenang air, belahan bawahnya dari polybag harus diberi lubang untuk jalan keluar air siraman/air hujan.
- Bibit-bibit tersebut sanggup dilakukan pemupukan ringan, yakni dengan pupuk TSP dan urea masing-masing sektar 1 gram tiap pemupukan. Pupuk ditaruh di atas permukaan media tumbuh kemudian eksklusif disiram. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni pada awal animo hujan dan pada simpulan animo hujan. Setelah bibit tumbuhan mempunyai 3–5 batang cabang, maka bibit ini sanggup dipindahkan/ditanam di lapangan.
PERBANYAKAN CARA CANGKOK (MARCOTEREN)
Metode lain yang sanggup digunakan dalam erbanyakan tumbuhan pala yaitu dengan cara mencangkok. Metode mencangkok bertujuan untuk mendapat tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat orisinil induknya (pohon yang dicangkok).
Hal yang diperhatikan dalam menentukan batang/cabangyang akan dicangkok yaitu dari pohon yang tumbuhnya sehat dan bisa memproduksi buah cukup banyak, pohon yang sudah berumur 12–15 tahun. Batang/cabang yang sudah berkayu, tetapi tidak terlalu tua/terlalu muda.
Cara mencangkok (marcotern):
- Batang/cabang dikelupas kulitnya dengan pisau tajam secara melingkar sepanjang 3–4 cm. Posisi cangkokan sekitar 25 cm dari pangkal batang/cabang. Lendir/kambium yang melapisi kayu dihilangkan dengan cara disisrik kambiumnya, batang yang akan dicangkok tersebut dibiarkan selama beberapa jam hingga kayunya yang tampak itu kering benar.
- Ambillah tanah yang gembur dan sudah dicampuri dengan pupuk sangkar dalam keadaan berair dan menggumpal. Kemudian tanah tersebut ditempelkan/dibalutkan pada belahan batang yang telah dikuliti berbentuk gundukan tanah. Gundukan tanah tersebut kemudian dibalut dengan sabut kelapa/plastik. Agar tanah sanggup menempel erat pada batang yang sudah dikuliti, maka sabut kelapa/plastik pembalut itu diikat dengan tali secara besar lengan berkuasa pada belahan bawa, belahan tengah dan belahan atas. Bila memakai pembalut dari palstik, maka belahan atas dan belahan bawah harus diberi lubang kecil untuk memasukkan air siraman (lubang belahan atas) dan sebagai susukan drainase (lubang belahan bawah).
- Bila pencangkokkan ini berhasil dengan baik, maka sehabis 2 bulan akan tumbuh perakarannya. Jika perakaran cangkokkan itu sudah siap untuk dipotong dan dipindahkan keranjang atau ditanam eksklusif di lapangan.
PERBANYAKAN CARA PEYAMBUNGAN (ENTEN DAN OKULASI)
Sistem penyambungan ini yaitu menempatkan belahan tumbuhan yang dipilih pada belahan tumbuhan lain sebagai induknya sehingga membentuk satu tumbuhan bersama.
Sistem penyambungan ini ada dua cara, yakni:
1. Penyambungan Pucuk (entern, grafting)
Penyambungan pucuk ini ada tiga macam yaitu :
Enten celah (batang atas dan batang bawah sama besar)
Enten pangkas atau kopulasi
Enten sisi (segi tiga)
2. Penyambungan mata (okulasi)
Penyambungan mata ada tiga macam yaitu :
- Okulasi biasa (segi empat)
- Okulasi “T”
- Forkert
Setelah 3-4 bulan semenjak penyambungan dengan sistem enten atau okulasi itu dilakukan dan jikalau telah menawarkan adanya pertumbuhan batang atas (pada penyambungan enten) dan mata tunas (pada penyambungan okulasi), tumbuhan sudah sanggup ditanam di lapangan.
PERBANYAKAN CARA PENYUSUAN (INARCHING ATAU APPROACH GRAFTING)
Dalam sistem penyusuan ini, ukuran batang bawah dan batang atas harus sama besar (kurang lebih besar jari tangan orang dewasa). Cara melakukannya yaitu sebagai berikut:
- Pilihlah calon bawah dan batang atas yang mempunyai ukuran sama.
- Lakukanlah penyayatan pada batang atas dan batang bawah dengan bentuk dan ukuran hingga terkena belahan dari kayu.
- Tempelkan batang bawah tersebut pada batang atas tepat pada bekas sayatan tadi dan ikatlah pada batang atas tepat pada bekas sayatan dan ikat dengan besar lengan berkuasa tali rafia.
- Setelah beberapa waktu, kedua batang tersebut akan tumbuh tolong-menolong seperti batang bawah menyusu pada batang atas sebagai induknya. Dalam waktu 4–6 minggu, penyusuan ini sudah sanggup dilihat hasilnya. Jika batang atas daun-daunnya tidak layu, maka penyusuan itu sanggup dipastikan berhasil. Setelah 4 bulan, batang belahan bawah dan belahan atas sudah tidak dibutuhkan lagi dan boleh dipotong serta dibiarkan tumbuh secara sempurna. Jika telah tumbuh sempurna, maka bibit dari hasil penyusuan tersebut sudah sanggup ditanam di lapangan.
PERBANYAKAN CARA STEK
Tanaman pala sanggup diperbanyak dengan stek bau tanah dan muda yang dengan 0,5% larutan hormaon IBA. Penyetekan memakai hormon IBA 0,5%, biasanya pada umur 4 bulan sehabis dilakukan penyetekan sudah keluar akar-akarnya. Kemudian tiga bulan berikutnya sudah tumbuh perakaran yang cukup banyak. Percobaan lain yaitu dengan memakai IBA 0,6% dalam bentuk kapur. Penyetekan dengan memakai IBA 0,6%, biasanya sehabis 8 ahad sudah terbentuk kalus di belahan bawah stek. Kemudian jikalau dibutuhkan untuk kedua kalinya dengan larutan IBA 0,5%, maka sehabis 9 bulan kemudian sudah tampak perakaran.
sumber : http://binaukm.com/2011/10/metode-pembibitan-budidaya-tanaman-pala/
Komentar
Posting Komentar