Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Karet
Hama Rayap
Sumber : https://jualplastikuvgreenhouse.blogspot.com//search?q=pengendalian-hama-dan-penyakit-tanaman#ixzz2DRhtnNzj
Rayap pada umumnya berkumpul dan bersarang pada tanaman yang sudah mati. Serangan pada tumbuhan karet biasanya sesudah tumbuhan karet mati sebagai tanggapan dari serangan jamur akar putih (JAP) atau pada areal penanaman yang memakai materi tanam stump mata tidur yang kekeringan. Namun demikian untuk tumbuhan muda bisa terjadi serangan apabila terjadi kekeringan pada ketika musim
kemarau. Pengendalian hama ini adalah:
Membersihkan tunggul-tunggul sisa pembukaan lahan.
Menanam dengan materi tanam polybag.
Menaburkan Carbofuran (Furadan atau Dharmafur) di
sekitar tumbuhan yang terjangkit sebanyak satu sendok makan.
Penyakit akar putih (Rigidoporus microporus)
Penyakit ini sanggup menyerang pada tumbuhan di pembibitan hingga tumbuhan menghasilkan. Tanaman yang terserang terlihat daun tajuknya pucat kuning dan tepi atau ujung daun tajuknya terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Adakalanya terbentuk daun muda atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit terdapat benang-benag berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur adakala membentuk badan buah seolah-olah topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal akar. Pada serangan berat akar tanaman menjadi amis dan tumbuhan akan tumbang dan mati. Penyakit ini sanggup menular pada tumbuhan yang sehat di sekitarnya melalui kontak akar. Pencegahan:
Pembongkaran atau pemusnahan tunggul akar tanaman.
Penanaman bibit sehat. Bibit stum mata tidur yang akan dimasukkan ke polybag atau akan ditanam sebaiknya diseleksi dulu, bibit yang tertular masih sanggup digunakan dengan cara mencelupkan cuilan perakaran dengan larutan terusi 2%.
Pada areal yang rawan jamur akar putih, yaitu lahan yang terdapat banyak tunggul, tanah gembur dan lembab sebaiknya tumbuhan ditaburi sulfur sebanyak 100-200 gr/pohon selebar 100 cm, yang kemudian dibuat alur semoga sulfur masuk kedalam perakaran. Pemberian sulfur ini diberikan setiap tahun sekali sampai dengan tumbuhan berumur lima tahun.
Pemupukan yang rutin semoga tumbuhan sehat (klik link dibawah ini untuk melanjutkan membaca).
Pengobatan tumbuhan sakit:
Dilakukan pada ketika serangan dini dan dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Pengobatan dilakukan dengan cara menggali tanah pada kawasan leher akar, kemudian leher akar diolesi dengan fungisida dan tanah ditutup kembali dengan tanah 2-3 hari sesudah aplikasi.
Pada areal tumbuhan yang mati sebaiknya dilakukan pembongkaran tunggul dan diberikan sulfur sebanyak 200 gr, semoga jamur yang ada mati.
Jamur upas (Corticium salmonicolor)
Penyakit ini merupakan penyakit batang atau cabang. Jamur ini memiliki empat tingkat perkembangan. Mulamula terbentuk lapisan jamur yang tipis dan berwarna putih pada permukaan kulit (tingkat sarang laba-laba), kemudian berkembang membentuk kumpulan benang jamur (tingkat bongkol-bongkol), selanjutnya terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda (tingkat corticium) pada tingkat ini jamur telah masuk ke dalam kayu, terakhir jamur membentuk lapisan tebal berwarna merah bau tanah (tingkat necator). Pada cuilan yang terjangkit pada umumnya terbentuk latek berwarna coklat hitam. Kulit yang terjangkit akan membusuk dan berwarna hitam kemudian mengering dan mengelupas. Pada serangan lanjut tajuk percabanagan akan mati dan gampang patah oleh angin. Serangan ini terlihat pada tanaman muda yang berumur tiga samapai tujuh tahun dan penyebarannya pada daerah-daerah yang lembab dengan curah hujan tinggi.
Pengendalian:
Pada kawasan lembab menanam tumbuhan yang tahan, yaitu AVROS 2037, PR 261, BPM 24, RRIC 100, BPM 107 dan PB 260
Jarak tanam tidak terlalu rapat.
Pengobatan dilakukan semenjak awal mungkin yaitu dengan menggunakan Calixin 750 EC dan Antico F-96 setiap tiga bulan atau Bubur Bordo atau Fylomac 90 setiap dua minggu, dengan cara mengoleskan pada cuilan yang terserang sampai jarak 30 cm ke atas dan ke bawah. Bila serangan lebih berat lagi (tingkat corticium atau necator), maka dilakukan mengelupasan kulit yang amis kemudian dilumasi dengan Calixin 750 EC atau Antico F-96.
Penyakit gugur daun Colletotrtichum (C. gloeosporiodes)
Penyakit ini menyerang pada aneka macam tingkat umur tanaman. Daun-daun muda yang terjangkit terlihat lemas berwarna hitam, mengeriput, cuilan ujungnya mati dan menggulung. Pada daun remaja terdapat bercak-bercak berwarna hitam, berlubang dan daun berkeriput serta bagian ujungnya mati. Tanaman yang terjangkit berat tajuknya menjadi gundul. Penyakit ini juga menjadikan mati pucuk. Serangan penyakit ini terjadi pada ketika tanaman membentuk daun muda selama animo hujan. Serangan berat sanggup terjadi pada kebun yang letaknya di atas 200 m dpl atau pada daerah beriklim basah.
Pengendalian:
Menanam klon yang tahan, yaitu BPM 107, BPM 109, RRIC 100, RRIM 600, PB 260 dan PB 330.
Pemupukan yang seimbang, sehingga tumbuhan sehat.
Penggunaan fungisida Dithane M-45 0,25%, Delsene MX 200 0,2%, Manzate M-200 0,2%, Sportak 450 EC, Cobox 0,5% atau Cupravit 21 OB 0,5%, Daconil 75 WP 0,2%, Antracol 70 WP 0,2%, Dofolatan/Indafol 476 F (600 g/ha bahan aktif/putaran) atau Tilt 259 EC (125 g/ha bahan aktif/putaran) dengan interval satu ahad sekali sebanyak lima kali penggunaan. Penggunaan fungisda pada saat tanaman terjangkit sudah mencapai 10% (klik link dibawah ini untuk membaca pribadi dari sumbernya).
Sumber : Jamhari Hadi Purwanta,Kiswanto, Slameto “Teknologi Budidaya KARET”BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Sumber : https://jualplastikuvgreenhouse.blogspot.com//search?q=pengendalian-hama-dan-penyakit-tanaman#ixzz2DRhtnNzj
Komentar
Posting Komentar