Cegah Penyakit Layu Bakteri, Tanam Jahe Dalam Polybag!
Jahe adalah tanaman rimpang yang terkenal dan digunakan di seluruh penjuru dunia. Rimpangnya dapat diolah menjadi bumbu masakan, minuman, permen, dan obat-obatan (contohnya sebagai obat anti morning-sickness bagi ibu hamil). Hal ini pun mendorong banyaknya permintaan pasar terhadap temu yang dapat memberi rasa hangat saat dikonsumsi ini. Namun, jumlah yang tersedia di pasaran belum sebanding dengan permintaan tersebut. Penyebabnya, selain rendahnya produksi jahe juga adanya masalah penyakit dan hama yang menghambat laju produksi tanaman temu-temuan ini. Salah satu penyakit yang menjadi momok gagalnya panen jahe yaitu penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia Solanacearum (R. Solanacearum).
Penyakit Layu Bakteri
Salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) budidaya tanaman jahe adalah penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Serangan bakteri ini akan menyebabkan penurunan produksi rimpang jahe hingga 90%. Indonesia adalah wilayah favorit perkembangan bakteri ini karena iklim tropisnya yang lembab. Ditambah untuk budidaya jahe diperlukan pula kelembaban tanah yang tinggi hingga 80%.
Gejala Penyakit
Gelaja penyakit ini muncul saat tanaman berumur 3 atau 4 bulan, seperti kasus yang pernah menimpa petani jahe di daerah Cianjur. Gejala penyakit ini, biasanya diawali dengan menguningnya dan menggulungnya daun jahe. Umumnya daun jahe menguning dan menggulung mulai dari ujung daun hingga akhirnya ke seluruh helaian daun. Daun menjadi kuning, layu, dan kering, tanaman akhirnya mati. Sementara pada bagian pangkal batang terlihat gelaja kebusukan disertai batang yang nampak basah (water soaked). Di bagian batang muncul garis-garis hitam atau abu-abu yang menandakan jaringan yang rusak. Saat ditekan, akan keluar cairan putih dari penampang melintang batang jahe, baunya khas dan menyengat. Tanaman jahe yang sakit ini pun mudah sekali dicabut dan dilepas dari bagian rimpangnya.
Penyebab Timbul Penyakit
Penyakit Layu Bakteri pada tanaman jahe ini disebabkan oleh bakteri R. Solanacearum. Bakteri ini dibagi menjadi biotipe spesies (biovar) 1,3, dan 4. Di Indonesia biovar 3 dan 4 yang paling sering menyerang tanaman jahe. Solanacearum biovar 4 lah yang menyebabkan kerusakan tanaman jahe yang sangat parah, sementara biovar 3 mempunyai daya rusak yang lebih ringan.
Diagnosa dan Mengenal Ciri-Ciri Penyakit Layu Bakteri
Untuk mengetahui serangan bakteri dengan mudah, Anda dapat memotong batang tanaman jahe secara melintang lalu menekannya. Tanaman yang terserang penyakit akan mengeluarkan eksudat berwarna putih susu dan berbau khas. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu jika batang tanaman jahe dimasukkan dalam air, tedapat aliran cairan berwarna putih susu yang keluar dari penampang batang.
Untuk hasil yang lebih akurat, Anda dapat membawa sampel tanaman jahe ke laboratorium untuk dicek.
Epidemiologi Penyakit
Pertama kali bakteri R. Solanacearum dilaporkan tahun 1953 di Mauritania. Di Indonesia sendiri penyakit ini pertama kali dilaporkan tahun 1971 di daerah Kuningan, Jawa Barat. Bakteri ini merupakan patogen tular tanah yang tahan dalam jangka waktu lama di dalam tanah. Penyebaran penyakit dalam kebun dapat terjadi melalui tanah, akar, air, alat-alat pertanian, hewan, dan pekerja di lapangan.
Penanggulangan Penyakit Layu Bakteri
Berbagai riset untuk mengendalikan laju penularan penyakit ini telah dilakukan ilmuwan dari berbagai negara. Namun, belum jua ditemukan cara efektif untuk mengendalikannya. Untuk itu, lebih baik mencegah tanaman Jahe dari serangan penyakit ini. Alih-alih untung, sekali petani mendapatkan tanaman jahenya terserang kemungkinannya petani akan gagal panen. Lalu bagaimana caranya ?
Mengingat sifat bakteri R. solanacearum yang tahan lama hidup di tanah. Hal utama yang harus diperhatikan petani sebelum melakukan budidaya jahe adalah lahannya harus bebas patogen. Lahan yang amat baik digunakan contohnya adalah lahan bekas sawah karena sifat tanahnya yang anaerob sementara bakteri ini bersifat aerob.
Penggunaan polybag sebagai media tanam adalah alternatif paling mudah dalam pengendalian lahan yang bebas patogen. Petani dapat memilih media tanam tanaman jahe yang bebas bakteri. Kalau pun ada serangan penyakit ini, bakteri tidak dapat menular melalui tanah karena tiap tanaman jahe tertanam terpisah dalam masing-masing polybagnya. Sehingga, cara ini sangat efektif menekan laju penularan bakteri tersebut.
Pengawasan terhadap kesehatan tanaman pun relatif lebih mudah dilakukan. Saat petani menemukan gejala tanaman jahenya terserang penyakit layu bakteri, petani dapat langsung mengambil tindakan dengan memindahkan polybag tanaman jahe tersebut. Sekali terserang, tanaman jahe harus langsung dibakar. Tanah bekas tanaman tersebut juga harus disiram antibiotik atau ditaburi kapur.
Harga polybag pun relatif murah sebagai cara pertama untuk mencegah serangan penyakit ini. Bagaimana? Siap menerapkan metode menanam jahe dalam polybag untuk mencegah penyakit layu bakteri?
Kami, CV. Lim Corporation, distributor dan pabrik polybag siap melayani kebutuhan polybag tanaman Anda. Tersedia berbagai ukuran polybag. Dapatkan polybag murah dengan pembelian partai besar. Dan anda dapat menanam jahe dengan mudah menggunakan polybag.
Baca juga Beberapa Keuntungan Budidaya Tanaman Jahe Dalam Polybag.
Penyakit Layu Bakteri
Salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) budidaya tanaman jahe adalah penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Serangan bakteri ini akan menyebabkan penurunan produksi rimpang jahe hingga 90%. Indonesia adalah wilayah favorit perkembangan bakteri ini karena iklim tropisnya yang lembab. Ditambah untuk budidaya jahe diperlukan pula kelembaban tanah yang tinggi hingga 80%.
Gejala Penyakit
Gelaja penyakit ini muncul saat tanaman berumur 3 atau 4 bulan, seperti kasus yang pernah menimpa petani jahe di daerah Cianjur. Gejala penyakit ini, biasanya diawali dengan menguningnya dan menggulungnya daun jahe. Umumnya daun jahe menguning dan menggulung mulai dari ujung daun hingga akhirnya ke seluruh helaian daun. Daun menjadi kuning, layu, dan kering, tanaman akhirnya mati. Sementara pada bagian pangkal batang terlihat gelaja kebusukan disertai batang yang nampak basah (water soaked). Di bagian batang muncul garis-garis hitam atau abu-abu yang menandakan jaringan yang rusak. Saat ditekan, akan keluar cairan putih dari penampang melintang batang jahe, baunya khas dan menyengat. Tanaman jahe yang sakit ini pun mudah sekali dicabut dan dilepas dari bagian rimpangnya.
Penyebab Timbul Penyakit
Penyakit Layu Bakteri pada tanaman jahe ini disebabkan oleh bakteri R. Solanacearum. Bakteri ini dibagi menjadi biotipe spesies (biovar) 1,3, dan 4. Di Indonesia biovar 3 dan 4 yang paling sering menyerang tanaman jahe. Solanacearum biovar 4 lah yang menyebabkan kerusakan tanaman jahe yang sangat parah, sementara biovar 3 mempunyai daya rusak yang lebih ringan.
Diagnosa dan Mengenal Ciri-Ciri Penyakit Layu Bakteri
Untuk mengetahui serangan bakteri dengan mudah, Anda dapat memotong batang tanaman jahe secara melintang lalu menekannya. Tanaman yang terserang penyakit akan mengeluarkan eksudat berwarna putih susu dan berbau khas. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu jika batang tanaman jahe dimasukkan dalam air, tedapat aliran cairan berwarna putih susu yang keluar dari penampang batang.
Untuk hasil yang lebih akurat, Anda dapat membawa sampel tanaman jahe ke laboratorium untuk dicek.
Epidemiologi Penyakit
Pertama kali bakteri R. Solanacearum dilaporkan tahun 1953 di Mauritania. Di Indonesia sendiri penyakit ini pertama kali dilaporkan tahun 1971 di daerah Kuningan, Jawa Barat. Bakteri ini merupakan patogen tular tanah yang tahan dalam jangka waktu lama di dalam tanah. Penyebaran penyakit dalam kebun dapat terjadi melalui tanah, akar, air, alat-alat pertanian, hewan, dan pekerja di lapangan.
Penanggulangan Penyakit Layu Bakteri
Berbagai riset untuk mengendalikan laju penularan penyakit ini telah dilakukan ilmuwan dari berbagai negara. Namun, belum jua ditemukan cara efektif untuk mengendalikannya. Untuk itu, lebih baik mencegah tanaman Jahe dari serangan penyakit ini. Alih-alih untung, sekali petani mendapatkan tanaman jahenya terserang kemungkinannya petani akan gagal panen. Lalu bagaimana caranya ?
Mengingat sifat bakteri R. solanacearum yang tahan lama hidup di tanah. Hal utama yang harus diperhatikan petani sebelum melakukan budidaya jahe adalah lahannya harus bebas patogen. Lahan yang amat baik digunakan contohnya adalah lahan bekas sawah karena sifat tanahnya yang anaerob sementara bakteri ini bersifat aerob.
Penggunaan polybag sebagai media tanam adalah alternatif paling mudah dalam pengendalian lahan yang bebas patogen. Petani dapat memilih media tanam tanaman jahe yang bebas bakteri. Kalau pun ada serangan penyakit ini, bakteri tidak dapat menular melalui tanah karena tiap tanaman jahe tertanam terpisah dalam masing-masing polybagnya. Sehingga, cara ini sangat efektif menekan laju penularan bakteri tersebut.
Pengawasan terhadap kesehatan tanaman pun relatif lebih mudah dilakukan. Saat petani menemukan gejala tanaman jahenya terserang penyakit layu bakteri, petani dapat langsung mengambil tindakan dengan memindahkan polybag tanaman jahe tersebut. Sekali terserang, tanaman jahe harus langsung dibakar. Tanah bekas tanaman tersebut juga harus disiram antibiotik atau ditaburi kapur.
Harga polybag pun relatif murah sebagai cara pertama untuk mencegah serangan penyakit ini. Bagaimana? Siap menerapkan metode menanam jahe dalam polybag untuk mencegah penyakit layu bakteri?
Kami, CV. Lim Corporation, distributor dan pabrik polybag siap melayani kebutuhan polybag tanaman Anda. Tersedia berbagai ukuran polybag. Dapatkan polybag murah dengan pembelian partai besar. Dan anda dapat menanam jahe dengan mudah menggunakan polybag.
Baca juga Beberapa Keuntungan Budidaya Tanaman Jahe Dalam Polybag.
Komentar
Posting Komentar