Syarat Sukses Budidaya Flora Hias Krisan

Krisan atau dikenal juga dengan sebutan bunga seruni, merupakan tumbuhan hias yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan potensial untuk dikembangkan secara komersial. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Timur tepatnya daratan Cina. Belum ditemukan data atau gosip yang niscaya ihwal kapan tumbuhan krisan masuk ke wilayah Indonesia. Namun, beberapa literatur memperlihatkan sekitar tahun 1800 krisan mulai ditanam di Indonesia dan semenjak tahun 1940, krisan mulai dibudidayakan secara komersial sebagai tumbuhan hias.

Manfaat Tanaman Krisan :
Kegunaan tumbuhan krisan yang utama ialah sebagai bunga hias. Manfaat lain ialah sebagai flora obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia dipakai sebagai:
1. Bunga Pot
Ditandai dengan sosok tumbuhan kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam ialah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning).
2. Bunga Potong
Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek hingga tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan akhirnya sanggup dipakai sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike.
3. Khasiat kembang krisan (Chrysanthemum sp.) dalam dunia pengobatan misalnya, untuk menyembuhkan sakit batuk,nyeri perut alasannya ialah angin dan peradangan rongga sinus(sinusitis), sakit batuk produktif(batuk berdahak) akhir bronkhitis. Selain itu krisan juga bisa menurunkan demam, menurunkan tekanan darah,memperbaiki penglihatan,memberi gizi pada darah,serta menurunkan panas dalam.Di samping itu rasanya nikmat dan menyejukan tenggorokan.

Syarat Tumbuh Tanaman Krisan :
- Krisan umumnya dibudidayakan dan tumbuh baik di dataran medium hingga tinggi pada kisaran 650 hingga 1.200 m dpl. Di habitat aslinya, krisan merupakan tumbuhan yang bersifat menyemak dan sanggup tumbuh hingga mencapai tinggi 30 – 200 cm. Berdasarkan siklus hidupnya, krisan dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu krisan semusim (hardy annual) dan krisan tahunan (hardy perennial).
- Kepekaan krisan terhadap panjang hari tidak tetap. Pengaruh panjang hari terhadap fisiologi pembungaan krisan sering kali berinteraksi dengan suhu harian. Pada kondisi hari panjang dengan suhu siang hari sekitar 22 oC dan 16 oC pada malam hari, penambahan tinggi tumbuhan dan pembentukan daun berjalan optimal. Induksi ke fase generatif akan terjadi jikalau suhu pada siang hari turun kurang dari 18 oC dan suhu malam naik hingga lebih dari 25 oC. Namun keadaan ini sangat jarang diketemukan pada dataran medium hingga tinggi di Indonesia.
- Selain suhu dan panjang hari, kualitas cahaya juga mensugesti pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan krisan. Jumlah reseptor cahaya/photoreseptor (phytochrome) merah (Pr) dan merah jauh (Pfr) pada daun pun turut berperan pada proses fisologis pembungaan tumbuhan krisan. Belum diketahui secara niscaya prosedur kerja photoreseptor ini pada perubahan fisologis tanaman. Beberapa andal memperkirakan bahwa prosedur kerja photoreseptor bekerjasama dengan ritme circadian (circadian rythme) tanaman. Kedua bentuk photoreseptor (Pr dan Pfr) bisa berkonversi satu sama lain tergantung jenis sinar yang diterimanya. Bila tumbuhan mendapatkan lebih banyak sinar merah, maka Pr akan terkonversi menjadi Pfr dan menjadikan jumlah Pfr bertambah, begitu pula sebaliknya. Konversi Pr menjadi Pfr pun sanggup terjadi jikalau tumbuhan berada pada fase gelap (De Jong, 1980). Dan jikalau jumlah Pfr lebih banyak dari Pr pada selang waktu tertentu, maka pertumbuhan apikal (apical dominace) akan terhenti dan tumbuhan terinduksi (evocation) ke fase generative.
- Kelembaban udara juga besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan bunga krisan. Tanaman krisan membutuhkan kelembaban 90 – 95% pada awal pertumbuhan untuk pembentukan akar. Sedangkan pada tumbuhan dewasa, pertumbuhan optimal dicapai pada kelembaban udara sekitar 70 – 85%.

BACA JUGA
Bahan Untuk Membuat Green House
Pengeringan Kacang Tanah dengan Plastik Ultraviolet
Cara Budidaya Tanaman dengan Aeroponik
Cara Praktis Budidaya Tanaman Jenis Citrus

Sarana dan Prasarana Produksi :
Rumah lindung untuk budidaya krisan bertujuan melindungi tumbuhan dari kondisi cuaca dan lingkungan ekstrim yang sanggup memperlihatkan efek negatif terhadap pertumbuhan tanaman, menyerupai intensitas cahaya matahari yang terlalu tinggi dan terpaan angin dan air hujan secara pribadi serta organisme pengganggu tanaman, sehingga diperoleh lingkungan daerah tumbuh yang optimal.
Rumah lindung dibentuk memanjang diadaptasi dengan ukuran lahan, dengan lebar kelipatan dari 6,4 m. Rangka rumah lindung sanggup berupa kayu, bambu, besi, aluminium, atau beton. Ketinggian rumah lindung berkisar 3 – 4 meter di atas permukaan tanah. Bahan atap epilog rumah lindung sanggup memakai kaca, plastik UV, plastik PVC bergelombang, plastik lembaran PVC, fiberglass, acrylic atau polycarbonate. Seluruh potongan samping rumah lindung dianjurkan juga tertutup untuk mengurangi kontak pribadi tumbuhan dengan serangga hama dan penyakit serta untuk meningkatkan kondisi lingkungan tumbuh yang aman untuk pertumbuhan tanaman.

Bebera Hal yang Perlu Mendapat Perhatian Dalam Pemilihan Bahan Atap Pelindung, diantaranya yaitu :
• Cahaya yang berlebihan sehingga diperoleh kualitas cahaya, baik intensitas maupun spektrum cahaya di bawah rumah lindung yang sesuai untuk pertumbuhan tumbuhan yang optimal
• Curah hujan pribadi ke tumbuhan atau ke media tumbuh, untuk menghindari kendala fisiologis tumbuhan dan penurunan kondisi/daya dukung media tanam
• Ketersediaan materi dan durasi pemakaian materi atap.
Petani krisan tradisional di Indonesia umumnya memakai konstruksi bambu atau kayu untuk rumah lindung.
Melalui riset di lokasi Balai Penelitian Tanaman Hias, Maaswinkel dan Sulyo (2004) mengemukakan bahwa penggunaan bambu dibandingkan kayu sebagai materi konstruksi rumah lindung krisan dimungkinkan dengan mempertimbangkan harga materi konstruksi dan ketersediaannya di lokasi budidaya. Lebih lanjut, durasi ketahanan konstruksi merupakan salah satu hal yang perlu menerima perhatian. Ketahanan bambu diperkirakan hanya 3 – 5 tahun, sedangkan kayu diperkirakan sanggup mencapai 10 tahun.

*Info Daftar Harga Plastik UV Terlengkap & Terupdate

Bentuk, tipe dan sirkulasi udara (ventilasi) dalam rumah lindung juga merupakan salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian sebelum menciptakan rumah lindung krisan. Bentuk, tipe dan sirkulasi udara dalam rumah lindung akan mensugesti kondisi iklim mikro dalam rumah lindung dan mensugesti pertumbuhan tanaman. Berbagai bentuk dan tipe rumah lindung krisan sanggup dilihat pada gambar 3. Pertimbangan pemilihan bentuk dan tipe serta ventilasi rumah lindung diadaptasi dengan kondisi lahan, elevasi, topograpi dan faktor-faktor iklim makro lain pada lahan pertanaman, hingga bentuk dan tipe rumah lindung yang dibangun sanggup memodifikasi iklim mikro di dalamnya hingga aman untuk pertumbuhan optimal bagi tumbuhan krisan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Begini Cara Tepat Memasang Paranet yang Benar

Cara Membuat Green House Sederhana Dengan Paranet

Rahasia Budidaya Melon Hidroponik Agar Panen Melimpah